1. NSAIDs + Tobacco
•
Klirens
diflunisal, phenazone (antipyrine) dan fenilbutazon lebih besar pada perokok
dibandingkan non-perokok.
•
Perokok
memerlukan dosis diflunisal, phenazone (antipyrine) dan fenilbutazon yang lebih besar
untuk memiliki efek yang sama dibanding non perokok.
MK: Hal ini mungkin sebagai akibat dari rokok
yg menyebabkan induksi CYP1A2,
enzim yang terlibat dalam metabolisme diflunisal, phenazone (antipyrine) dan
fenilbutazon .
2. Opioids + Tobacco
•
Perokok
dan mantan perokok pasca operasi memerlukan dosis morfin yang lebih
tinggi dibandingkan non perokok.
•
Dalam studi lain ditemukan bahwa metabolisme pentazocine
adalah 40% lebih tinggi pada perokok dibandingkan non-perokok.
3.
Paracetamol
(Acetaminophen) + Tobacco
•
Tidak ada perbedaan klirens dosis 1 g tunggal parasetamol pada 6 perokok
sehat (lebih dari 15 batang rokok per hari) dan 6 yang sehat (non-perokok).
•
Tidak ditemukan perbedaan dalam farmakokinetik dosis tunggal 650-mg
intravena parasetamol pada 14 perokok (kisaran 8-35 rokok per hari) dan 15
non-perokok.
•
Rasio metabolit parasetamol (glucuronides) adalah 83% lebih tinggi pada
perokok berat 9 (sekitar 40 rokok setiap hari), menunjukkan daripada di 14
bukan perokok . Namun pada perokok sedang (sekitar 10 rokok sehari) tidak lebih
tinggi.
•
Studi retrospektif pasien dirawat karena keracunan parasetamol jauh lebih tinggi dari perokok daripada non
perokok, populasi (70% banding 31%).
MK:
Rokok menginduksi metabolisme parasetamol oleh isoenzim sitokrom P450 CYP1A2.
4. Flecainide (antiaritmia) + Tobacco
•
Perokok
memerlukan dosis yang lebih besar flecainide dibandingkan non-perokok
•
Dalam
penelitian farmakokinetik, ditemukan kirens flecainide 50% lebih tinggi pada perokok dibandingkan
non-perokok
MK:Rokok menginduksi enzim sitokrom P450 di hati yang berkaitan dengan O-dealkylation dari flecainide
yang dikeluarkan lebih cepat dari tubuh.
5. Coumarins + Tobacco
•
Ditemukan
kadar warfarain meningkat 13% pada pasien yang berhenti merokok
MK:. Beberapa komponen
dari asap tembakau bertindak sebagai isoenzim sitokrom P450 induser, yang
mungkin menyebabkan peningkatan kecil dalam metabolisme warfarin. Ketika
berhenti merokok, enzim metabolismewarfarin tidak lagi diinduksi.
6. Insulin + Tobacco
•
Penderita diabetes yang merokok tembakau
mungkin perlu lebih banyak insulin subkutan
MK: Penurunan penyerapan insulin pada
subkutan karena vasokonstriksi perifer.
7. Antipsychotics + Tobacco or Cannabis
•
Perokok tembakau atau ganja yang mungkin
memerlukan dosis yang lebih besar klorpromazin, fluphenazine, haloperidol atau
tiotixene dibanding bukan perokok.
•
Studi
dari 403 pasien yang menerima klorpromazin. Ditemukan frekuensi mengantuk 16%
pada pasien non perokok, 13% pada
perokok ringan dan 3 % pada perokok
berat.
MK: Rokok induktor enzim, kadar serum
berkurang dan efek kliinis menurun.
8. Benzodiazepines
and related drugs + Tobacco
•
Studi terhadap diazepam, chlordiazepoxid dan
zoldipem. Efek mengantuk pada perokok menurun.
MK:
Induktor enzim
9. Clozapine + Tobacco
•
Sebuah
penelitian retrospektif menemukan bahwa klirens clozapine 86% lebih tinggi pada
perokok dibandingkan non-perokok.
10. Olanzapine + Tobacco
•
Merokok
tembakau meningkatkan klirens olanzapine.
•
Manufaktur
mengatakan bahwa perokok memiliki klirens olanzapine 40% lebih besar dari dibandingkan non-smokers
11. Beta blockers
+ Tobacco ± Coffee and Tea
•
Merokok
tembakau dapat mengurangi efek terapi dari beta blockers. Diperlukan
peningkatan dosis dari beta blockers
Minum teh atau kopi dapat memiliki efek yang sama tetapi lebih kecil.
Minum teh atau kopi dapat memiliki efek yang sama tetapi lebih kecil.
•
Kadar
plasma propanolol menurun. Pada atenolol tdk signifikan.
MK: Merokok tembakau meningkatkan denyut jantung,
tekanan darah dan keparahan iskemia miokard. Hal ini akibat efek dari nikotin
mungkin sebagai efek langsung dari nikotin yang mengurangi kadar oksigen yang
dibawa dalam darah.
12. H2-receptor antagonists + Tobacco or Nicotine
•
Merokok dapat mengurangi kadar plasma dari
cimetidine dan ranitidine,
tetapi tidak tampak mempengaruhi famotidin.
tetapi tidak tampak mempengaruhi famotidin.
•
Penyembuhan
ulkus duodenum pada pasien yang memakai H2-reseptor antagonis seperti cimetidine,
famotidin, nizatidin dan ranitidine lebih lambat dan kekambuhan ulkus lebih sering terjadi
pada perokok daripada non-perokok.
Hal ini sangat mungkin bahwa ini adalah akibat merokok menjadi faktor risiko untuk terjadinya ulcers duodenum daripada interaksi yang signifikan antara merokok dan H2-reseptor antagonis.
Hal ini sangat mungkin bahwa ini adalah akibat merokok menjadi faktor risiko untuk terjadinya ulcers duodenum daripada interaksi yang signifikan antara merokok dan H2-reseptor antagonis.
13. Hormonal contraceptives + Tobacco
•
Ada bbrp bukti
bhw merokok meningkatkan resiko perdarahan dengan kontrsepsi kombinasi
oral.
•
Resiko penyakit
kardiovaskuler pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi sangat meningkat
jika mereka merokok.
Merokok
meningkatkan metabolisme (2-hidroksilasi) estradiol endogen.
14. Theophylline
+ Tobacco
•
Perokok
berat memerlukan dosis theophylline yang lebih besar daripada pasien non
perokok untuk mendapatkan efek terapi yang sama.
•
Tembakau
mengandung hidrokarbon polisiklik, yang bersifat induktor dari isoenzim sitokrom P450 yang CYP1A2, meningkatkan clearance teofilin.
15. Tricyclic
antidepressants + Tobacco
•
Merokok dpt mengurangi kadar plasma dari amitriptilin, clomipramine,
desipramin, imipramine.
desipramin, imipramine.
•
Pasien depresi perokok memerlukan dosis
antidepresan trisiklik yang lebih besar daripada non perokok untuk mengatasi
depresi.
0 komentar:
Posting Komentar